Hallo, Bisa diceritakan mengenai profilenya Mas Ken?
Halo Berkuliah*com. Nama saya Kenny Lischer. Asalnya dari Jakarta, Pendidikan saya S1 di Jurusan Teknologi Bioproses Universitas Indonesia, S2 di Teknik Kimia Universitas Indonesia, dan sekarang Program PhD di Bioscience NAIST.
Bisa diceritakan mengenai NAIST, dan kenapa memilih Jepang dan NAIST untuk melanjutkan kuliah?
NAIST adalah salah satu Universitas Negeri di Jepang yang berlokasi di Nara. Nara sendiri berada di daerah Kansai. Lokasinya yang berada di tengah-tengah Jepang, memudahkan apabila ingin melakukan perjalanan ke beberapa tempat seperti Osaka, Kyoto, dan Kobe dengan biaya hidup yang jauh lebih murah dari ketiga kota tersebut. Nara bisa diakses dari tiga kota besar tersebut dengan mudah melalui kereta yang ada di Jepang.
Alasan saya kenapa memilih NAIST, Pertama karena saya tertarik untuk mendalami bidang ilmu Biologi Molekuler terutama di bidang Gene Editing dan Development Organ. Di NAIST, Saya mendapat Professor dan Lab yang cocok yang bisa menyalurkan keinginan saya. Kedua, NAIST cukup terkenal dengan risetnya yang bersaing dengan top university. Secara produksi publikasi riset yang dihasilkan bisa dikatakan bersaing dengan universitas top dunia. Ketiga, karena saya diterima terlebih dahulu di kampus ini. Ketika mengambil kuliah ke luar negeri, prinsip saya adalah dimana yang diterima terlebih dahulu, maka itu yang saya ambil. Alasan yang terakhir adalah saya bisa riset di bidang Gene Editing dan Organ Development.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan saat proses daftar ke NAIST dan mendapatkan Beasiswa ?
Hmm, mungkin sekitar 5 bulan. Saya daftar bulan Mei, di bulan yang sama saya ikut tes masuknya dan diterima. Bulan Oktober akhir saya sudah berangkat ke NAIST
Alhamdulillah, saya mendapatkan beasiswa dari pemerintahan Jepang (MEXT). Kalau saya bisa mendapatkan beasiswa dari luar negeri itu lebih baik daripada mendapatkan beasiswa yang bersumber dari dalam negeri.
Kendala ketika akan berkuliah di NAIST dan mendapatkan Beasiswa, Dan saat itu apa solusinya?
Kendala nomor 1 saya adalah di nilai IELTS yang kurang memenuhi persyaratan. Saya tidak pernah les hanya belajar otodidak melalui buku, soal-soal di internet, dan video yang ada di youtube. Itu cukup membantu saya hingga bisa mendapatkan nilai IELTS yang cukup untuk melamar beasiswa dan sekolah.
Memang butuh waktu lama untuk belajar IELTS, tapi ketika akhirnya mendapatkan LoA dan Beasiswa, seperti semua beban hilang bertukar dengan rasa senang dan bangga.
Bagaimana kehidupan di Jepang? Mulai memilih tempat tinggal, cuaca dan makanan?
Bisa dibilang saya tidak mendapatkan masalah yang serius untuk menyesuaikan diri pertama kali datang untuk kehidupan di Jepang. Selain memang sudah pernah tahu kondisi untuk hidup di Jepang, juga dari kampus disediakan tutor yang berasal dari rekan 1 lab yang akan membantu mempersiapkan untuk kehidupan di NAIST. Setidaknya selama 3 bulan pertama, saya sangat terkatalisasi oleh tutor untuk menyesuaikan diri, beradaptasi, dan berteman dengan orang-orang Jepang.
Kendala mungkin ada, terutama di bahasa. Jika berbicara dalam bahasa inggris, maka kita sulit mendapatkan feedback yang cepat terutama dengan penduduk lokal. Dari segi makanan, sebulan pertama masih tidak masalah karena masih ada bahan makanan dari Indonesia, tapi setelahnya mulai syndrome kangen masakan Indonesia meninggi.
Selama satu tahun di Jepang, saya suka memperhatikan siklus siang dan malam. Siklus siang dan malam sangat berbeda dengan Indonesia. Pada saat musim dingin, siang lebih cepat daripada malam. Sedangkan pada musim panas adalah sebaliknya.
Bagaimana pendapat Mas Ken mengenai keamanan di Jepang? Khusunya bagi calon mahasiswi muslim?
Wah keamanan di sini sangat aman. Saya pernah pengalaman ketinggalan dompet di kamar mandi dan baru besok siangnya saya sadar. Anehnya, dompet saya tidak pindah sama sekali, tetap pada posisi saya menaruh sebelumnya. Teman saya pernah kehilangan HP dan Jam selama seminggu kemudian bisa balik kembali ke pemiliknya. Kebayangkan amannya gimana?
Bagi umat muslim ga perlu khawatir, karena pada dasarnya orang-orang di sini sangat toleran. Beberapa toko-toko dan restoran sudah mulai banyak yang menjual makanan halal. Apalagi info tentang makanan halal di Jepang sangat banyak terutama di Facebook. Tempat untuk shalat pun juga semakin bertambah. Jangan merasa malu, tunjukkan saja kalau seorang muslim itu sangat baik.
Mas Ken merupakan mahasiswa muda yang berprestasi. Bagaimana untuk menyusun “manajemen mimpi” yang Mas Ken lakukan?
Saya percaya bahwa mimpi itu adalah kekuatan untuk menjalani kehidupan. Kita ga akan kemana-mana kalau ga tahu mau kemana. Sebelumnya saya buat semacam proposal hidup seperti target-target 1 tahun kedepan, 2 tahun kedepan, 5 tahun kedepan, umur 30 tahun, 40 tahun, dan umur 60 tahun. Dengan begitu kita punya frame yang solid tentang bagaimana kita ingin menjadi. Mimpi-mimpi itu pasti akan berubah sesuai dengan kondisi realita, oleh karena itu, setiap tahunnya selalu diupdate dengan kondisi terkini tetapi jika bisa masih tidak terlalu jauh dengan proposal hidup yang telah kita buat. Untuk menjalani target tersebut, sekarang saya menggunakan program Google Calendar untuk memberikan reminder. Jadi sewaktu-waktu selalu berada di koridor untuk menggapai impian yang ingin dicapai.
Dengan banyaknya beban kuliah, penelitian dan kegiatan lainnya. Bagaimana menejemen waktu yang biasanya Mas Ken lakukan?
Sekarang ini saya selalu menyusun jadwal saya dengan menggunakan Google Calendar. Saya menggunakannya karena bisa di synchronize ke laptop pribadi, komputer lab, dan handphone saya. Jadi dimanapun saya berada, saya selalu strict pada jadwal yang sudah dibuat tersebut. Setiap awal bulan atau awal minggu saya selalu mencoba mengatur jadwal tersebut.
Untuk setiap harinya, saya biasa menyalin lagi ke buku catatan dan menambahkan hal lain yang bisa saya lakukan. Setiap hari, saya meluangkan waktu 15 menit di pagi hari sebelum aktivitas untuk menentukan apa yang ingin dilakukan hari ini dan dicatat di buku catatan yang selalu saya bawa. Bagi saya dengan mencatat, ini lebih powerful dibandingkan melihat di gadget.
Satu hal lagi, On Time! Ini jadi kewajiban bagi saya. Terkadang kita sering terkena penyakit “telat”. Nah virus ini harus dihilangkan dari kehidupan kita.
Budaya hidup orang Jepang yang baik yang dapat kita contoh?
Ada beberapa yang patut dicontoh, diantaranya On Time, Kerja Keras, Sederhana, dan Berintegritas. Jadi, Yuk kita mulai menerapkan value On Time, Work Hard, and Integrity.
Terima Kasih Mas Ken, Semoga Program PhDnya berjalan dengan lancar. Pulang ke Indonesia dengan membawa ilmu sebanyak-banyanya untuk membangun Indonesia. 🙂
source: Berkuliah dan diedit oleh Beasiswa Indonesia